Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA tentang Pengaruh Energi melalui Penggunaan Metode Inkuiri di Kelas III SD Negeri Tambaharjo BAB II

Posted by Unknown on Thursday, August 29, 2013

BAB II Tinjauan Pustaka

  1. Kajian Teori
1.      Belajar
Belajar adalah proses mencari jawaban dari yang tidak tahu menjadi tahu. Menurut Reg Revans (1998), belajar adalah proses menanyakan sesuatu yang berawal dari ketidaktahuan tentang apa yang dilakukan.


Pengertian belajar menurut Dosen Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Suharsimi Arikunto (1993:19) adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.
Menurut Morgan (dalam Purwanto, 1997: 84) bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.


Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (1993:13). Hilgard, Ernest R., dalam buku Theories of Learning (1948: 409) mengemukakan, belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau atas kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
2.      Hasil Belajar
Mulyono Abdurrahman (2003:37) mengemukakan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai ditentukan sebelumnya. Anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal ang disusun sesuai dengan sasaran belajar. (Christiana Demaja WS: 2004).
Dimyati dan Mujiono (2006:3) memaparkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pengajaran dan kemampuan mental siswa. Setelah selesai mempelajari materi, diadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya, sebelum dilanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
Romiszowki (2003:38) bahwa hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa informasi, sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).
3.      Pembelajaran
Menurut Sudiarto (1990) pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan agar kegiatan belajar tumbuh dan berkembang secara optimal, oleh karena itu, belajar sesungguhnya bersifat internal dari siswa, sedangkan pembelajaran bersifat eksternal yaitu keadaan yang disengaja agar proses belajar mengajar terarah dan sistematis, karena di dalam proses pembelajaran ada peran guru, bahan ajar dan lingkungan yang kondusif yang sengaja dibentuk
Gagne dan Briggs (1979) berpendapat, pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang mempengaruhi belajar mengajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, sehingga terjadi perubahan sikap dan pola pikir yang diharapkan menjadi kebiasaan siswa. Guru berperan sebagai komunikator dan bahan ajar yang dikomunikasikan berisi pesan ilmu pengetahuan.
Bruner berpendapat bahwa, salah satu tahap dalam proses pembelajaran yaitu tahap enaktif, yaitu ditandai oleh manipulasi secara langsung objek-objek berupa benda atau peristiwa kongkret.
4.      Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Menurut Herlen dalam Dahar R.W (1992:3) seperti yang diucapkan Einstein: “Science is the attempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of thought”, mempertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman  menjadi satu sistem pola berpikir logis tertentu, yang dikenal dengan pola berpikir ilmiah.
Secara sederhana IPA didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu, yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara universal”.
Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya”.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum, sehingga akan terus disempurnakan.
5.      Metode
Metode menurut bahasa adalah cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai hasil yang baik seperti apa yang diinginkan. (Badudu-Zain, 1994:896) dalam Kamus Bahasa Indonesia.
Daliman, dkk (1996:99) berpendapat bahwa metode adalah cara yang di dalamnya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.
Sumantri dan Johar Permana (2001:114) berpendapat bahwa metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar mengajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pemilihan metode yang digunakan merupakan suatu hal yang penting, karena metode yang tepat dan efektif dalam menyajikan bahan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar
6.      Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris Inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau Rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003).
Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Hebrank, 2000; Budnitz, 2003; Chiapetta & Adams, 2004).

  1. Hasil Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang bisa dijadikan acuan atau pembanding dalam kajian penelitian masalah penggunaan metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar IPA adalah sebagai berikut:
1.      Ribudiyanto (2008), dalam penelitiannya tentang penggunaan metode inkuiri.
a.       Masalah yang diteliti adalah apakah penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
b.      Tujuan penelitiannya adalah meningkatkan hasil belajar siswa tentang kompetensi dasar mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan metode pembelajaran inkuiri.
d.      Kesimpulan yang didapat dalam penelitian Ribudiyanto adalah bahwa penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada studi awal Persentase ketuntasan belajar siswa 27,27% dengan nilai rata-rata kelas 60. Pada siklus I Persentase belajar naik menjadi 54,55% dengan nilai rata-rata kelas 65. Pada siklus II Persentase belajar naik menjadi 72,73% dengan nilai rata-rata kelas 73. Pada siklus III Persentase belajar naik menjadi 95,46% dengan nilai rata-rata kelas 85.
2.      Sudirman (2008) “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Terhadap Konsep Pengaruh Energi Panas, Gerak dan Getaran melalui Metode Inkuiri dalam Model Pembelajaran Aktif.
a.         Masalah yang diteliti adalah rendahnya hasil belajar IPA siswa.
b.        Tujuan penelitiannya adalah meningkatkan hasil belajar siswa.
c.         Metode yang digunakan adalah metode inkuiri dan metode pembelajaran aktif.
d.        Kesimpulan yang didapat dalam penelitian Sudirman adalah bahwa penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada studi awal Persentase ketuntasan belajar siswa 27,78% dengan nilai rata-rata kelas 65. Pada siklus I Persentase belajar naik menjadi 66,67% dengan nilai rata-rata kelas 70. Pada siklus II Persentase belajar naik menjadi 100% dengan nilai rata-rata kelas 92.

C.    Kerangka Berpikir
Data studi awal siswa kelas III SD Negeri Tambaharjo, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tentang kompetensi dasar mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari masih rendah, untuk itu harus segera diadakan perbaikan pembelajaran.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus pandai memilih materi dan metode pembelajaran. Belajar menggunakan metode inkuiri menekankan pada bagaimana proses kegiatan pembelajaran itu dilaksanakan.
Proses pembelajaran memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Proses belajar menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku, seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk itu diperlukan ketepatan metode yang mampu mengaktifkan siswa, yaitu metode inkuiri.
Dengan metode inkuiri diharapkan penanaman fakta dan konsep benar-benar melalui proses yang dialami langsung oleh siswa.
Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut:

Guru  belum menggunakan metode inkuiri
Kondisi awal

Hasil belajar IPA rendah
Tindakan
Guru  menggunakan metode inkuiri
Siklus I
Menggunakan metode inkuiri secara klasikal
Siklus II
Menggunakan metode inkuiri secara kelompok
Siklus III
Menggunakan metode inkuiri berkelompok kecil dengan bimbingan guru
Tindakan
Hasil belajar IPA meningkat
 

























Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
  1. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, diduga melalui penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA konsep pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan dugaan tersebut di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah “penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.”

{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar